Tampilkan postingan dengan label tulisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tulisan. Tampilkan semua postingan

Teknik Merayu Efektif Dengan Gombal Kreatif (Harapan yang nggak pasti…)

Add Comment
Ini kisah pengalaman pribadi temanku Hamudi Setiyawan Prabowo, sengaja aku reposting disini karena sebagai teman akan ku promosikan tulisannya disini agar dia “sedikit” terkenal dan jauh dari terkesan “ndeso” meskipun kadang-kadang tips-tipsnya manjur tapi nggak bisa diterima akal sehat. Hehehe… (piss Wo…)



Gombal

Terkadang saya dibuat prihatin melihat kelakuan anak muda jaman sekarang (sok tua), mereka sering melontarkan kata tanpa berpikir apa akibatnya, lebih fatal lagi kalau mereka sendiri tidak mengetahui apa yang dikatakannya. 

Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyatakan bahwa: rayuan dengan permainan kata akan lebih efektif dibanding dengan menggombal, apalagi gombalnya boleh ngopy punya orang. Perlu kalian garis bawahi, saya bukanlah seorang penggombal, saya hanyalah seorang perayu amatir yang mencoba untuk berbagi. 

Lalu apa bedanya menggombal dan merayu? Saya pun tak lebih tau dari anda. Sama halnya ketika ditanya apa beda es campur dan es teler? Sebagian orang mungkin menganggapnya sama saja, toh enak tidaknya kedua rasa minuman tersebut sifatnya relatif. Karena yang mutlak enak itu ya kalau ditraktir. Lantas apa hubungannya antara merayu dan es teler? Tenang, saya akan menjelaskan bagian itu nanti.

Suatu hari ada sebuah pertanyaan klasik dari seorang eksentrik yang membuat jariku tergelitik untuk mengetik, semoga menarik meski hanya secarik. Sebut saja namanya Harsono (bukan nama sebenarnya), dia bertanya “Kalo cowo suka add cewe trus comment di pict cewe bikin sebel si cewe gak Wo?”. Waktu itu kujawab “Jelas aja bikin sebel, apalagi cowok tersebut gak ganteng atau bukan tipe idamannya. 

Tapi yang lebih nyebelin lagi kalo komennya cuma sekedar gombalan kuno. Ngegombal pun juga harus ada ilmunya, ada seninya mas...”. Sebenarnya waktu itu saya asal jawab saja, tapi setelah saya renungkan, bisa jadi ada juga benarnya. Saya sendiri tak mau berspekulasi tanpa fakta, menurutku segala kemungkinan itu (meskipun kecil) layak dianalisa.

Iseng-iseng saya pun mencari tau kalimat apa yang dia pakai ketika berkomentar, cukup gombal juga sih, tapi tidak cukup untuk membuat sesorang terkesan. Menurutku, suatu pujian yang didasari atas daya tarik fisik seseorang itu justru malah menunjukkan kebodohannya sendiri, bodoh karena tidak bisa melihat kelebihan dari daya tariknya yang lain. 

Sanjunglah yang lain tapi hindarilah memuji kecantikannya, misalnya ketika memuji sikapnya, kita bisa berkata “Aku terkesan dengan caramu tersenyum... unyu! seperti orang kentut gak ketahuan”. Terkadang ketika menggombal, seseorang lupa memperhitungkan reaksi apa yang akan didapatkan. 

Ini akan berbeda bila kita telah memperhitungkan segala kemungkinan, sehingga apapun reaksi atau tanggapan dari lawan bicara, masih berada dalam kontrol kita untuk mengarahkan pembicaraan. Ini hanya teknik dasar, selebihnya tergantung dari kreatifitas anda sendiri.

Ada ungkapan “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda!”. Saya sendiri tak bisa menampik fakta bahwa fisik merupakan modal utama untuk menarik perhatian lawan jenis. Yang merasa gak ganteng jangan dulu kecewa, menurut pengakuan seorang wanita, “Ketika wanita merasa nyaman dengan seseorang, maka fisik menjadi nomor sekian”. 

Ganteng itu relatif bro, tapi jelek itu mutlak. Orang yang secara fisik tidak memadai, contohnya saya (boro-boro dibilang cakep, masuk kategori cowok biasa-biasa aja masih belum layak), perlu berpikir selangkah lebih maju untuk bisa membangkitkan rasa penasaran, atau rasa ingin tau dari lawan bicara. 

Tidak hanya kepada wanita, cara ini pun berlaku bagi siapa saja. Misalnya untuk membuat dosen terkesan, kita bisa bilang ke dia “Beruntung sekali saya punya dosen seperti bapak, penjelasan bapak sangat berbobot dan mudah kami pahami” atau dengan gombalan yang lebih kreatif lagi (meskipun faktanya tidak sepert itu). Yah, siapa tau sang dosen jadi gak pelit ke kita kalo ngasih nilai.

Mungkin kita akan berspekulasi terhadap jawaban dari seseorang atas pertanyaan yang kita ajukan. Bagaimana solusinya? Yaitu dengan memberikan pertanyaan yang tepat untuk mendapatkan jawaban yang kita inginkan. Misalnya ketika menawarkan kepada teman dengan bertanya “Mau makan apa?”, kita bisa menemukan 1001 kemungkinan jawaban. Ini bukan suatu masalah bila kamu punya uang berlebih. 

Jika uangmu pas-pasan, tapi ingin sekali mentraktirnya, kamu bisa pakai cara saya. Yaitu dengan bertanya “Mau makan bakso ato mie ayam?”, dengan begitu kita telah menyederhanakan berbagai jawaban menjadi 2 kemungkinan. 

Kalau cara ini gagal, saya masih punya alternatif yang lain. Misalnya teman kita menolak pilihan yang kita berikan dan ngotot pengin ditraktir direstoran mahal, lalu bagaimana cara menyikapinya? Tenang, sebelum menuju restoran yang dimaksud, mampirlah dulu beli es teler. Saya jamin temenmu itu bakal teler kekenyangan sebelum sampai tempat tujuan.

Kalimat gombal tidaklah selalu ditujukan untuk merayu, tapi bisa juga untuk mengkritik seseorang tanpa harus melukai perasaan. Contohnya temanku ini, namanaya Dyah (bukan nama sebenarnya) nama aslinya sih Tami. Saya bilang ke dia “Tam, cowok lu tajir ya?”, “Ah, enggak... kata sapa?”, lalu kupandang dia dari bawah keatas, sambil asik ngupil kukatakan “kok kelihatannya kesejahteraan lu terjamin!”. 

Kalau orang biasa mungkin akan mengira kalimatku tadi pujian, berhubung Dyah ini orangnya cerdas, dia langsung menangkap maksud terselubungnya. “Emang keliatan banget ya kalo berat gue nambah?”, aku diam terhenyak, takjub memandang upil yang barusan kutemukan, pura-pura tak mendengar pertanyaannya. 

Dia bertanya lagi “Emangnya gue keliatan jelek ya?”. Kusimpan lagi upil ke hidung, dengan memasang wajah serius, kemudian mulai menggombal “Lu tetep cantik kok! Bahkan makin hari lu makin cantik, cuma lu belum menemukan baju yang pas aja untuk dikenakan...”.

Banyak wanita yang menyatakan bahwa dirinya tak suka pria gombal, saya gak yakin ini pernyataan jujur. Tak suka orangnya kan bukan berarti tak suka gombalannya, tak suka juga bukan berarti tak ingin. Iya tidak? (Aa’ Gim mode: ON). 

Sejatinya semua wanita senang dirayu, ini sebagai barometer bahwa mereka masih laku. Saya sendiri tak tertarik pada wanita yang mudah termakan gombal, biasanya wanita dengan klasifikasi seperti itu seperti boneka Barbie, cantik tapi otaknya kosong! 

Menurutku, wanita yang cerdas itu menarik. Tidak seperti pria, wanita itu berpikir dengan mengutamakan kepekaan hatinya, maka rayulah ia dengan hati pula. Bila anda tak suka berbasa-basi atau tak siap dengan spekulasi, bisa anda gunakan cara yang saya jelaskan sebelumnya, yaitu dengan tidak membiarkannya mencari pilihan tapi andalah yang memberinya pilihan. Misalnya dengan bertanya “Kamu mau langsung menikah denganku atau mau pacaran dulu?”.

Sebagai penutup, ini hanyalah kalimat gombal buat hiburan, jangan dijadikan bahan acuan. Tujuannya semata-mata untuk menyenangkan hati orang lain, bukan bualan kata pujian yang berlebihan. Tidak semua kalimat gombal ditujukan untuk merayu, apalagi menganggapnya sebagai ungkapan cinta. 

Sejatinya cinta itu bukan rangkaian kata, karena hanya cinta sendirilah yang bisa menjelaskan cinta itu apa. Sebagai gambaran, semua orang bisa saja berkata mencintai Tuhannya, tapi belum tentu pada kenyataannya. Bagaimana cara kita mengetahuinya? Orang yang mencintai Tuhannya, akan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi Larangan-Nya. 

Lalu bagaimana dengan cinta anda?

Keindahan Pantai Anyer

Add Comment


Masih teringat cerita temanku yang bernama Hamudi Setiyawan Prabowo, dia menceritakan pengalaman kelas kami dahulu yaitu DB21 atau lebih kerennya disebut DeBe21 (nggak beda jauh sih) secara sangat detail. Berikut ini adalah ceritanya yang membuatku ingin mengulang kembali masa-masa kuliah D3 dulu.

Deburan ombak yang bergulung menghempas bibir pantai hingga membuih putih. Yup.. itulah salah satu kenangan indah yang membekas dan berkenan di hati, yaitu ketika aku dan teman-teman anak DeBe21 mengisi libur semesternya dengan pergi ke pantai Anyer. 

Berbagai perencanaan dan persiapan mulai dari transportasi, penginapan, serta doorprize dibuat dengan biaya seminimal mungkin, dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 

Disinilah, sesepuh serta penasihat agung Bpk. Abdul Manan sebagai panitia yang berperan besar dalam mencerdaskan anak bangsa. Abdul Manan atau yang lebih akrab di kenal "pakde" dan dua srikandi DeBe21 Lia Wulan Surya dan Niken Hapsari Oktora telah mengatur dan merencanakan perjalanan kami sesuai fungsi manajemen sebagai planning, organizing, actuating, dan controlling. Tengkyu teman.

Drrrtt… drtttt… bergetarlah O2 XDA II ku, diiringi notifikasi alarm "ding dong… ding dong…" . Dengan masih bermalas-malasan kulihat layar hape!! Wadduuuh… sudah jam 6 pagi! Bergegas kutinggalkan peraduan, ganti baju kemudian mencangklongkan tas favoritku yang telah kupenuhi bekal semalam. Bismillah hirrahman nirrahim, kutinggalkan rumah tuk menuju kampus yang menjadi tempat pertemuan sebelum bertolak. Oh iya… tanpa mandi!!!

Sesampai di kampus, aku celingak-celinguk mencari teman-temanku, tapi menjumpai batang hidungnya pun tidak. Akupun sempat berpikir bila aku telah tertinggal bus, aahh kutepis pikiran itu jauh-jauh… nggak mungkin teman-temanku meninggalkan salah satu anggotanya yang imut ini. 

Samar-samar kulihat sosok bayangan hitam, menggendong tas ransel sambil menjinjing dua kantung plastik putih. Itu bukan hantu teman, dia adalah temanku… namanya Alief Syahru. Kuhampiri dia seraya menanyakan keberadaan peserta lain, yang ternyata belum pada datang. Indonesia banget… "jam karet". Lalu kubertanya pada Alief "lip, bus kita mana?" Alief hanya tersenyum penuh arti sambil tangan kirinya menunjuk ke seberang jalan . 

"Yang mana?" dengan senyum menggoda Alief bicara "itu lho… yang warnanya biru tua…". Masya allah, yang ditunjuk Alief bukanlah bus, melainkan sebuah truck TNI. Irit sih irit, tapi sungguh tega bila membiarkan pantatku yang tak berisi ini harus beradu dengan kursi kayu tanpa alas. Tak apalah yang penting seru.


Alhamdulillah perjalanan berjalan lancar, walaupun ada peserta yang berhalangan hadir. Perjalanan menggunakan truck tidaklah seburuk yang kubayangkan, tidaklah sampai terombang-ambing seperti bila mengendarai kapal laut, hanya seluruh tubuh bergetar hebat menahan guncangan body kendaraan yang tak mampu diredam oleh suspensi kendaraan. 

Untuk menghilangkan kejenuhan akibat perjalanan jauh dan erangan suara mesin yang membahana, kulambaikan tanganku kepada orang-orang maupun kendaraan yang lalu lalang di sekitar kami layaknya superstar melambaikan tangan kepada para penggemarnya.

Sebelum tengah hari kami tiba di tujuan. Wisma Anthony, hanya terletak beberapa meter saja dari bibir pantai. Tempat yang murah, hanya dengan 700.000 rupiah per malam dengan tiga kamar plus AC, tipi, kulkas, dan kompor gas serta kapasitas yang boleh di huni oleh lebih dari 15 orang (promosi banget… anak bukan, sodara bukan… intinya murah meriah lah). Seperti yang kurencanakan dari rumah, sampai tujuan langsung mandi, tapi bukanlah mandi konvensional melainkan bermain ombak di pantai…


Yuhuuu… bergegas aku menceburkan diri ke laut, eh bukan laut ding… tapi pantai. Pokoknya dengan semangat membara, semangat yang hanya mampu diucapkan oleh pria sejati, aku bertekad bahwa akan kuhabiskan setengah hariku bermain air. 


Karena kebanyakan bergaya bak karang menentang ombak, aku banyak terminum air laut, tenggorokanku menjadi kering. Aku dan teman-teman memutuskan untuk kembali ke wisma. Tapi bagaimana dengan rencanaku tuk menghabiskan setengah hari di air? 


Tenang saja, di wisma juga tersedia air, air yang ditampung dalam jumlah yang banyak dalam suatu wadah yang diberi nama "kolam renang". Ahahai… alhasil, aku dan teman-teman bermain, bercanda, dan berfoto ria di kolam renang. 

Di sana ada juga penjaja buah kelapa muda (emang kelapa bisa dikategorikan buah?). Alhasil, didalam rongga perutku tercampurlah tiga jenis air, yaitu air laut dengan rasa asin pekat sedikit pahit, air kolam dengan rasa kaporitnya, dan air kelapa yang menyegarkan dan mampu mengembalikan ion tubuh yang hilang.

Angin monsoon yang berhembus kencang mengingatkanku bahwa cacing-cacing dalam perutku menjerit meminta jatah makan, maka kuputuskan untuk makan mie kare sebagai pengganjal. Ada yang ngga tau angin monsoon? Itu lho, angin musim kemarau yang berhembus dari arah benua Australia yang membawa hawa panas. 


Lalu apa hubungannya antara angin dan lapar? Baiklah kujelaskan, dalam keadaan udara yang panas, membuat seseorang menjadi gampang marah, untuk marah maka dibutuhkan energi, untuk mendapatkan energi, diperoleh dengan makan. Sudah paham? Ha belum! Sudah aja ya! Apaa… kamu belum paham juga!!! Yang belum paham, silakan baca lagi dari atas. Wookeeh…

Hari makin sore, air laut mulai pasang, dan ombak pun makin tinggi. Hal ini mamacu adrenalinku untuk kembali berenang ke lepas pantai, kembali menantang ombak, terseret hingga jauh dari bibir pantai. 


Prriiiiit… priiiiit… penjaga pantai itu memperingatkan bahwa posisiku dan teman-teman terlalu jauh. Ah padahal lagi seru-serunya, terpaksa aku menepi. Di tepian, aku meminta kepada teman-temanku untuk menguburku dalam kubangan pasir, mereka setuju dan terciptalah sosok baruku yang seperti buaya darat… 


Dalam keadaan terhimpit dan nafasku mulai sesak, aku meminta agar wujudku di abadikan dalam sebuah photo. Tapi alangkah sialnya, kamera Spectraku tertinggal di kamar, yang ada hanya kamera hape kualitas VGA pula. Tak apalah…

Setelah makan malam, diadakan acara pembagian doorprize melalui kuis. Sesion pertama memperebutkan 2 buah tas laptop model jinjing, jujur aku tak tertarik sama hadiahnya, orang beruntung yang mendapat hadiah ini adalah Martotor Parsaulian Silitonga sang kepala suku dan Markus Utomo ajudannya. 

Sesion kedua, hadiahnya paling murah… payung. Kali ini menebak berapa jumlah batang korek yang ada dalam kotaknya. Karena kemampuanku dalam menganalisa suara, aku mampu menebaknya dengan mudah. Alhasil, payung itu berpindah tangan padaku. 

Sesion ketiga, ini adalah hadiah yang kuharapkan. Hadiahnya berupa tas laptop model gendong. Karena barangnya cuma ada satu, untuk memperebutkannya dengan cara diundi. Dengan semangat dan bermodal keberuntungan, tanganku meraih kupon undian. Namun apa yang terjadi? Pak de menegurku seraya mengatakan, "Bow.. elu kan udah dapet payung, jadi ngga boleh ikutan lagi!!!". 

Menyesal aku menjawab kuis di sesion sebelumnya. Tau gini aku berani berspekulasi dengan keberuntunganku untuk mendapatkan hadiah yang ku idamkan… he he he… Oh iya, pemenang kuis di sesion ketiga ini adalah Faberinto, pria yang cocoknya kerja di air.

Sambil menunggu malam beranjak larut, aku dan semua peserta berkumpul di bibir pantai ditemani kopi racikan Yoso Ismoyo seraya bercerita kesana kemari ngga jelas, dan melontarkan beberapa tebakan yang menurutku kesemuanya garing. 

Mungkin bagi orang awam hal itu terdengar lucu, tapi bagiku yang telah lama berkecimpung di dunia humor, hal itu sudah ngga lucu lagi. Yang membuat menarik bagiku adalah ketika Suyoko angkat bicara, logat jawanya itu lho… medhok banget! Sayuti aja lewat…

Lewat tengah malam (kira-kira antara jam 2 dan jam 3 aku tertidur juga, kurasa sebaiknya aku tidak perlu menceritakan apa yang terjadi ketika aku sedang tidur… next.

Pagi hari, bergegas aku bangun hanya untuk melihat sunrise dari pinggir pantai. Aku kecewa, awan terlalu tebal menghalangi jarak pandangku. Untuk melampiaskan kekecewaanku, kubuka baju kemudian renang lagi… ombak meninggi, aku riang sekali. 

Kembali aku dan teman-teman beranjak kepantai untuk bermain air, sepak bola, main ombak lagi, renang di kolam lagi, kemudian bermain ombak lagi. Gokil, kulitku ampe kisut, kulit cerahku melegam akibat terbakar sinar mentari. Gila, jadi gosong hanya dalam tempo sehari.


Tengah hari kami bersiap diri, ke Jakarta aku kan kembali. Pulang dengan mengendarai truk TNI. Sengaja malamnya aku tidur dini hari, agar dalam perjalanan pulang aku bisa terbuai dalam mimpi. 

Perjalanan kembali tak perlulah kuceritakan lagi, karna aku sendiri tak tau apa yang terjadi, yang sejatinya pasti asyik sekali, dan menorehkan kenangan indah yang tersimpan di hati, hati kami...



Klasifikasi Sepeda Gunung

Add Comment
Sepeda gunung mempunyai klasifikasi-klasifikasi tertentu. Berikut ini adalah klasifikasi berdasarkan fungsi dan kegunaannya.


Cross Country

Bobotnya paling ringan diantara jenis sepeda gunung lainnya, sekitas 8-12 kilogram. Sepeda gunung jenis ini di desain untuk mendapatkan efisiensi yang optimal pada saat mengayuh dan menanjak, karenanya banyak juga digunakan untuk keperluan XC-race.

Didominasi oleh jenis hardtail (hanya suspensi depan), meskipun jenis full suspension sudah mulai banyak mengisi pasar. Teknologi sepeda gunung banyak berperan dalam pembuatan komponen-komponennya, dari mulai pembuatan frame yang berbobot ringan, geometri sepeda yang makin presisi sampai part sepeda gunung yang kuat untuk di medan terjal.


All Mountain

Jenis ini banyak dipilih oleh penggemar sepeda gunung yang menyukai petualangan ke alam bebas. Suspensinya yang berkisar 4-6 inchi mampu melintasi medan terjal berbatuan, tanah dan pegunungan dengan nyaman pada kecepatan relatif tinggi dibanding sepeda gunung berjenis cross country. 

Bobotnya antara 11-15 kilogram, meskipun cukup ringan tapi mampu melakukan lompatan (drop off) hingga 2 meter.


Free Ride

Pada dasarnya sepeda gunung jenis ini tidak berbeda banyak dengan sepeda gunung jenis all mountain, kecuali beberapa komponen-nya dibuat lebih kuat dan berkarakteristik sepeda gaya bebas.

Seperti misalnya, suspensi depan yang lebih kekar dan minimal dilengkapi suspensi double crown (batang penahan stanchion), serta menggunakan dual cranks pada pengayuhnya. Sepeda gunung ini biasanya dirancang untuk dapat bertahan ketika melakukan lompatan-lompatan yang yang cukup tinggi.


Dirt Jump/Urban Bike

Penggemar sepeda gunung ini awalnya adalah kawula muda perkotaan yang menggunakan sepeda gunung untuk segalanya. Selain sebagai alat transportasi, menikung dengan kecepatan tinggi, juga digunakan untuk melakukan lompatan-lompatan tinggi bahkan sangat extreme

Rangka sepedanya (frame) terbuat dari bahan yang sangat kuat dengan desain yang kokoh dan rigid, serta ruang ban yang cukup besar untuk penggunaan ban yang ekstra lebar dan besar.

Disamping itu frame bagian atasnya (top tube) dibuat serendah mungkin untuk kemudahan pengendalian. Berat sepeda gunung ini mencapai antara 13-18 kg dengan kualitas material yang lebih kuat, sehingga membuat jenis sepeda ini relatif lebih mahal.


Down Hill

Sepeda gunung jenis ini tujuan utamanya adalah menaklukan turunan dengan cepat, aman dan nyaman; yang pada awalnya banyak dilakukan pada area turunan bermain ski disaat tidak musim salju. 

Untuk itu dibutuhkan suspensi yang lebih panjang jarak mainnya, serta super-sensitif terhadap medan yang dilintasinya karena untuk turunan yang dihadapinya pun bervariatif biasanya cenderung terjal, kasar dan sangat tricky sekali. 

Geometri dari rangkanya (frame) untuk sepeda kategori downhill ini di desain sedemikian rupa dengan titik gravitasi yang rendah dan mampu menikung dengan stabil sekalipun pada kecepatan tinggi.

Kemampuan melakukan pengereman juga merupakan faktor yang penting bagi sepeda jenis ini, karenanya penggunaan rem piringan (disc brake) berukuran besar sangat direkomendasikan. 

Komponen dan material sepeda ini dipilih yang kuat untuk menahan perlakuan yang “abnormal” dan ini menyebabkan bobot sepeda meningkat sehingga berkisar antara 15-20 kg.

Salam GOWES!



POST INI TELAH DIUPDATE SECARA LENGKAP PADA LINK BERIKUT:
https://tempatbagi.com/sepeda-gunung-mountain-bike-mtb/



Sumber: 
juneexc.wordpress.com


Beli Full Bike atau Rakitan?

Add Comment


Full Bike atau Rakitan?

Membeli sepeda gunung dapat berupa bentuk sepeda yang sudah jadi (full bike) atau rakitan yang biasanya komponen-komponennya dapat dipilih sendiri (biasanya disesuaikan budget). Tapi bagi pemula yang ingin mempunyai sepeda gunung, pilih full bike atau rakitan?

Full Bike, cukup mudah, tinggal datang saja ke toko sepeda, pilih sepeda yang diinginkan, bayar, dan tinggal digunakan. Nggak perlu repot-repot untuk memilih komponen sepeda. Instan. Mungkin itu kata yang paling cocok. 

Tapi (ada tapinya nih), kalau kamu seorang yang amat sangat privasi, mungkin akan banyak yang dirubah supaya sepeda gunung kamu nggak persis sama seperti kebanyakan orang pakai, yang mungkin biayanya malah seharga sepeda gunung rakitan.

Rakitan, agak sulit memang, minimal kita harus sedikit menguasai fungsi dan kegunaan komponen-komponen sepeda gunung satu per satu. Tapi jika sepeda gunung telah berhasil dirakit, kamu bakal merasakan kepuasan tersendiri yang nggak dirasakan oleh pembeli sepeda gunung full bike

Kamu bisa mendesain sendiri bentuk, warna sepeda gunung kamu bahkan bisa disesuaikan dengan budget yang ada (intinya bisa nguras kantong, atau cuma seperlunya aja). Untuk pemula memang kurang dianjurkan untuk membeli sepeda gunung yang rakitan, tapi jangan berkecil hati, ajak aja senior (yang mengerti tentang sepeda gunung) untuk menemani membeli sepeda.

Kalau bicara tentang kualitas, penulis bilang: sama aja. Misalnya ada pertanyaan, kenapa sepeda full bike lebih murah? Karena sepeda full bike diproduksi secara massal oleh pabrikan tertentu dan dapat menekan biaya produksi. 

Biaya merakit sepeda gunung lebih mahal daripada yang full bike? Itu tergantung. Kalau kamu pilih komponennya mahal-mahal, jatuhnya pasti lebih mahal daripada yang full bike

Tapi kalo kamu pilih komponennya yang orang Cina bilang, KW1 atau generik, jatuhnya bisa jadi lebih murah daripada full bike. Jadi itu semua tergantung selera dan budget pembeli sepeda gunung tersebut.

Hardtail atau Full Suspension?

Sepeda gunung saat ini telah dilengkapi dengan suspensi. Baik yang suspensi pada bagian depan saja (hardtail), maupun yang bersuspensi di bagian depan juga di bagian belakang (full suspension). Kalo untuk pemula, pilih mana?

Disarankan untuk pemula mencoba hardtail dulu, agar membiasakan diri dengan sepeda gunung yang ringan, pengendalian yang mudah, dan perawatan yang sederhana. Setelah terbiasa, boleh dilanjutkan dengan yang full suspension, dikarenakan yang model ini cukup ribet dalam pengendalian dan perawatannya. 

Tapi yang pasti, untuk pemula yang baru pertama kali membeli sepeda gunung, belilah sepeda cross country terlebih dahulu. Baik hardtail maupun full suspension. Jangan membeli sepeda free ride, apalagi downhill.

Tentukan Budget Anda

Meskipun kamu sudah bermimpi mempunyai sepeda gunung dengan komponen yang maksimal, tentukan dulu budget-nya. Jangan karena menuruti ambisius, bisa-bisa kamu rela nggak makan sebulan demi mendapatkan sepeda gunung yang kamu inginkan. 

Kalau budget dibawah satu juta, belilah sepeda gunung yang seharga itu, toh nantinya kalo ada uang lebih bisa di upgrade sesuai kemauan kamu. Ya 'kan?

Pepatah yang berbunyi ‘harga tidak menipu’ dan ‘ada harga ada rupa’ berlaku dalam membeli sepeda. Semakin mahal, semakin bagus juga kualitasnya. Tapi ini berlaku buat mereka yang berkantong tebal, yang penting itu 'kan DENGKUL-nya, bukan SEPEDA-nya. 

Jangan sampai punya sepeda gunung mahal tapi dengkulnya cuma sanggup gowes 1-2 meter… Betul?

Harganya?

Harga sepeda gunung ada yang mulai dari 800 ribuan sampai yang puluhan juta rupiah. Kualitas bahan komponen biasanya yang menentukan mahalnya sepeda gunung. Biasanya sepeda gunung yang berharga satu jutaan kebawah, frame-nya terbuat dari besi. Diatas harga tersebut ada yang terbuat dari alumunium, ada juga yang terbuat dari serat karbon. 

Untuk pemula yang hanya ingin sepedaan buat CFD atau sekedar JJS, disarankan memilih sepeda yang berharga sektar 1-3 jutaan saja. Di harga tersebut kamu bisa dapat frame alumunium dan spesifikasi yang lumayan handal.

Sekian dulu postingan dari saya, di postingan saya selanjutnya akan membahas sedikit tentang klasifikasi-klasifikasi dari sepeda gunung. So, jangan beli sepeda gunung dulu sebelum baca postingannya… hehehe.

Well, selamat bersepeda… keep GOWES!!!

Membeli atau Merakit Sepeda Gunung?

Add Comment


Beli atau rakit? Pertanyaan itu sering banget ada di benak orang yang sudah kebelet ingin memiliki sepeda gunung (MTB). Dengan pertimbangan yang amat sangat sulit, biasanya mereka menyesuaikan dengan budget yang mereka miliki. 

Mau yang murah? Berarti beli aja sepeda gunung yang harganya 1-2 juta. Toh nantinya kalau ingin upgrade, bisa dicicil per part dibanding beli yang mahal tapi nguras kantong. 

Apalagi buat anak kuliahan, bisa-bisa uang kuliah mereka terpakai hanya buat memodifikasi sepeda karena keinginannya yang ‘berkelas’ itu. Kalau buat para pekerja, bisa-bisa yang tadinya mereka berslogan ‘Bike to Work’ malah jadi ‘Work to Bike’… hehehe.

Ada juga yang nekat ingin membeli yang mahal sekalian, dengan berslogan ‘Jangan menyesal setelah membeli’. Kalau mereka berkantong tebal sih, nggak ada masalah, yang jadi masalah itu yang di dompetnya jarang dikunjungi lembaran merah bergambar Soekarno-Hatta… hehehe. 

Nah, daripada bingung mikirin memilih beli atau rakit sepeda yang sesuai dengan budget kita, mari kita sedikit mengetahui tentang tips-tips membeli atau merakit sepeda gunung.

Saat ini sepeda gunung sudah banyak yang menerapkan sistem suspensi atau fork suspension pada roda depannya, bahkan ada juga yang menerapkannya di roda belakangnya sekalian atau disebut juga dual suspension

Kebanyakan dengan didukung frame yang kuat dan ringan, terbuat dari alumunium yang sudah terkenal handal untuk dibawa ke medan terjal apalagi hanya di jalan biasa. Dengan spesifikasi tersebut menjadikan sepeda gunung mempunyai kategori-kategori. 

Contohnya adalah AM atau DH yang terlihat dari head angle yang semakin slack dibawah 70 derajat. Semakin kecil sudutnya semakin nyaman dan mumpuni untuk menghadapi turunan atau ber-downhill ria. 

Demikian juga dengan bahan materialnya, sepeda AM/DH yang notabene lebih banyak dipakai untuk ‘menghajar’ jalanan offroad tentunya memerlukan jenis material yang lebih kuat.

Jangan salah membeli sepeda gunung kalau hanya berdasarkan bentuknya yang keren saja, simak juga fungsi dari sepeda gunung itu sendiri. Kalau untuk ‘Bike to Work’, jangan pakai BMX, dijamin capek banget. 

Kalau untuk jalan-jalan ke gunung, jangan beli yang city bike, yang ada malah kelihatan mau ke pasar karena ada keranjangnya di depan setang. 

Kalau untuk downhill atau dirt jump, jangan beli yang cross country, karena sepeda model itu hanya maksimal dipakai untuk jalan raya bukan untuk jalan terjal yang ajrut-ajrutan serasa ‘menyiksa sepeda’ sendiri.

Demikian sedikit penjelasan dari saya, artikel ini akan terus berlanjut di posting selanjutnya dengan judul “Beli Full Bike atau Rakitan?”.



Sumber: 
juneexc.wordpress.com